Apa Itu Geotextile ?
Bagi konsultan, praktisi, dan mahasiswa yang bergerak di bidang konstruksi tentu kerap mendengar istilah “geotextile”. Geotextile atau dikenal “filter fabric” memiliki fungsi sebagai separator , filtrasi dan perkuatan. Material ini tentu membawa sejarah baru bagi infrastruktur terutama di Indonesia. Pasalnya, material ini tergolong relatif murah untuk manfaat yang ditawarkan, yakni sebagai perkuatan dan stabilisasi pada tanah lunak.
Menurut catatan sejarah, material ini pertama kali digunakan di Florida tahun 1950. Material ini diletakkan di belakang tanggul laut dan di bawah konstruksi rip-rap yang berfungsi sebagai erosion control terhadap abrasi. Karakteristik filtrasi dan kuat tarik yang baik pada geotextile menjadikan material ini pilihan paling sesuai sebagai erosion control pada saat itu. Seiring berkembangnya teknologi, pada tahun 1960, geotextile diproduksi secara masif untuk beragam aplikasi.
Menurut ASTM D4439, Geotextile dapat diartikan sebagai pelapis geosintetik permeable human-made dengan bentuk serupa tekstil yang bermanfaat untuk meningkatkan stabilitas tanah, atau aplikasi geotechnical lainnya.
Umumnya, Geotextile dibentuk dari serat atau benang polypropylene( walaupun beberapa manufaktur membuatnya dengan polyester/polyethylene) disatukan dengan cara dirajut (woven) ataupun tidak dirajut (non woven) menjadi suatu kain textile. Secara simple, ketika lembaran kain textile ini diletakkan di dalam tanah , maka disebutlah menjadi “Geotextile”!
Geotextile Terbuat dari Apa?
Sebenarnya konsep geotextile sudah ribuan tahun lalu dikenal oleh bangsa mesir. Mereka menggunakan serat natural dan organik yang dicampur dengan tanah untuk perkuatan jalan. Di industri modern saat ini, konsep ini dikembangkan menjadi geotextile dengan menggunakan material polimer sintetis seperti polypropylene dan polyester. Pemilihan jenis polymer ini menyesuaikan kebutuhan konstruksi di lapangan
Apa Perbedaan Geotextile Woven dan Geotextile Non Woven?
Bagi industri konstruksi, seringkali para praktisi mengalami sedikit kebingungan mengenai perbedaan dari geotextile woven dan geotextile non woven. Ditinjau dari terminologi, woven berarti dianyam sementara non woven berarti tidak dianyam .
Menyoal perbedaan tersebut, bisa ditarik kesimpulan yang membedakan adalah proses dari pembuatan geotextile tersebut. Perbedaan dari proses pembuatan, menjadikan karakteristik geotextile tersebut tentu berbeda pula. Berikut kami ulas mengenai karakteristik geotextile woven dan geotextile non woven secara ringkas.
Geotextile Woven merupakan material textile yang diproduksi dengan cara menganyam untaian dari pita/serat fiber dari arah pita datar dan arah pita paralel. Biasanya, arah pita yang searah dengan mesin disebut pita Warp, dan arah melintang mesin disebut Weft. Warp and Weft ini saling menjalin sehingga membentuk anyaman kain rajutan.
Proses penganyaman ini menggunakan ketebalan pita dan kepadatan yang berbeda yang disesuaikan dengan aplikasi dari geotextile woven tersebut Secara umum, ada 2 type serat yakni slit film dan monofilamen. Slitfilm berbentuk pita pipih sementara monofilamen berbentuk serat bulat.
Ditinjau dari aplikasinya, woven slit film digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan kuat tarik tinggi, namun filtrasi bukan menjadi isu utama seperti pada konstruksi di tanah lunak. Sementara woven monofilament digunakan pada aplikasi yang membutuhkan kuat tarik tinggi dan filtrasi yang baik, seperti pada aplikasi rip-rap dan struktur pengaman pantai
Geotextile Non Woven
Non Woven Geotextile atau dikenal kain filter memiliki drainase yang sangat baik. Pada non woven geotextile, serat-serat fibre disatukan melalui proses tusukan jarum (needle punch) ataupun melalui proses pemanasan (heat bonded). Cara termudah untuk mengidentifikasi geotextile non woven dan geotextile woven dengan melihat secara fisik. Geotextile Non Woven akan terasa lebih lembut seperti kapas dan dilihat secara visual lebih acak/kabur pola nya.
Memiliki karakteristik drainase dan kekuatan tusuk yang tinggi, menjadikan material ini umum digunakan di aplikasi curing beton, proteksi geomembrane, dan french drain. Namun, material ini tidak sekuat geotextile woven
Geotextile Woven atau Non Woven yang Lebih Baik?
Pada praktiknya, pemilihan geotextile woven dan geotextile non woven yang sesuai menjadi tantangan tersendiri bagi para praktisi konstruksi. Lalu, mana yang lebih baik ? apakah geotextile woven atau non woven? Jawaban dari pertanyaan ini , yakni tergantung jenis proyek yang sedang dikerjakan.
1. Geotextile Woven merupakan pilihan yang tepat untuk aplikasi perkuatan dan stabilisasi, sementara geotextile non woven sangat cocok untuk aplikasi filtrasi, separasi , dan drainase
2. Geotextile Woven memiliki kapasitas tahanan beban berupa kuat tarik yang lebih tinggi sehingga banyak digunakan di konstruksi jalan, sedangkan Geotextile Non Woven terukur dari berat yang lebih banyak digunakan sebagai pelindung geomembrane
3. Geotextile Woven yang banyak di pasaran, memiliki karakteristik semi impermeable dengan kapasitas pengaliran air yang rendah, sedangkan geotextile non woven memiliki sifat permeable dan kapasitas pengaliran air yang tinggi
4. Kedua material ini bisa terbuat dari polyester ataupun polypropylene
Apa Tujuan dan Manfaat Kegunaan Geotextile?
1.Separasi
Material geotextile digelar di antara dua lapis material yang berbeda. Bisa jadi pemisah antara dua jenis tanah yang berbeda ataupun pemisah konstruksi jalan baru dengan konstruksi jalan lama . Prinsipnya, material ini mencegah tercampurnya tanah terutama pada konstruksi jalan di atas tanah lunak. Naiknya tanah lunak (efek pumping) ke permukaan dapat dicegah dengan adanya geotextile sehingga tebal perkerasan efektif tetap terjaga.
2. Stabilisasi
Fungsi stabilisasi bekerja ketika geotextile diletakkan di atas material kompresibilitas tinggi yang biasanya dicirikan tanah basah lunak. Disini, kandungan air dari tanah basah tersebut akan merembes keluar melalui geotextile. Hasilnya, kekuatan lapisan agregat/base akan terjaga sehingga umur jalan lebih panjang.
3. Fitrasi & Drainase
Faktanya, geotextile sebagai filtrasi kurang lebih mirip dengan fungsi stabilisasi. Tujuan pada kedua fungsi ini memberikan jalan keluar air dengan menahan partikel tanah ikut
terbawa dengan aliran air tersebut. Di Indonesia, aplikasi filtrasi ini sering digunakan pada pipa resapan bawah tanah ( French drain). Material geotextile membantu agar pipa resapan tersebut tidak tersumbat akibat kotoran atau tanah yang terbawa.
Dengan melapisi geotextile pada saluran french drain yang telah terisi agregat, membuat suatu sistem drainase yang sangat baik. Sektor perumahan, konstruksi lapangan bola, dan konstruksi airport kerap menerapkan sistem French drain ini
4. Perkuatan
Geotextile , terutama woven, memiliki kuat tarik yang sangat baik, sehingga dapat berperan ibarat tulangan di dalam tanah. Tanah yang lemah terhadap tarik mampu diperkuat dengan adanya geotextile, sehingga konstruksi lereng yang lebih curam dimungkinkan dengan adanya bantuan dari perkuatan geotextile.
5. Cushioning/ Proteksi
Geotextile , Non Woven, memiliki ketahanan tusuk yang sangat baik, sehingga sangat baik apabila dikompositkan dengan geomembrane yang berfungsi sebagai lapis kedap air. Berapa ketebalan dan gramasi yang dibutuhkan untuk proteksi geomembrane?
Pada prinsipnya ketebalan geotextile sangat bergantung dari beban dan bentuk butiran dari gravel/agregat. Tim engineer Petra Nusa akan membantu kalkulasi teknis untuk menentukan geotextile yang tepat untuk proyek anda.
Berapa Lama Ketahanan Geotextile?
Geotextile merupakan produk rekayasa polimer yang diaplikasikan untuk berbagai keperluan konstruksi. Ketahanan dari material geotextile sangat bergantung dari beberapa faktor lingkungan dan pengaplikasiannya seperti, faktor zat kimia, temperatur, mekanikal, dan ekspos dari radiasi UV. Secara umum, untuk pemakaian normal, ketahanan geotextile mampu mencapai lebih dari 50 tahun. Bahkan beberapa literature menunjukkan bahwa geotextile dapat bertahan lebih lama dengan adanya beberapa perlakuan khusus pada geotextile tersebut.
Aplikasi Geotextile untuk Konstruksi
Tahukah anda, bahwa geotextile memiliki peranan sangat penting dalam sektor konstruksi? Tercatat pada tahun 2019, diperkirakan kebutuhan pasar dunia terhadap geotextile senilai 4,6 Miliar USD . Apabila ditinjau dari aplikasinya, geotextile banyak dipakai untuk konstruksi jalan, sistem drainase, pencegahan erosi, dan beberapa aplikasi lain seperti agrikultur, pekerjaan tepi laut, dan rel kereta api.
1. Konstruksi Jalan
Di Indonesia, geotextile banyak diaplikasikan di konstruksi jalan. Struktur geografis Indonesia, dimana ditemui banyak tanah lunak, menjadikan material geotextile menjadi solusi utama sebagai separator dan stabilisator pada konstruksi jalan.
Kemampuan geotextile sebagai lapis drainase pada konstruksi jalan, sangat membantu meningkatkan umur layan jalan. Seperti yang diketahui, daya dukung (CBR) akan cenderung menurun apabila suatu sistem perkerasan terendam oleh air.
Oleh karena itu, lapisan ini membantu agar tanah lunak tidak tercampur dengan agregat dan berfungsi sebagai jalur keluar air, sehingga air tidak terperangkap di bawah permukaan.
Menimbang manfaat jangka panjang dan harga geotextile yang ada di pasaran Indonesia, menjadikan material ini dianggap worth it untukdigunakan
2. Railways
Memiliki fungsi yang sama dengan konstruksi jalan, pada aplikasi railway atau rel kereta api geotextile sebagai pemisah antar lapisan subgrade dengan sub ballast ataupun lapisan sub ballast dengan lapisan ballast, Geotextile juga berfungsi untuk mengurangi pergerakan material akibat getaran saat kereta melintas.
3. Agrikultur
Bukan hal yang asing, bahwa sector agriculture biasanya dekat dengan kondisi tanah berlumpur ataupun tanah sangat lunak. Geotextile dapat digunakan untuk memperbaiki akses yang dilewati kendaraan ringan
4. Drainase
Banyak sekali aplikasi konstruksi yang membutuhkan drainase dan mekanisme filtrasi yang baik. Contohnya, pada aplikasi jalan, bendungan, dinding penahan tanah, lapangan olahraga, arsitektural, waduk , dan beragam aplikasi drainase lainnya.
5. Aplikasi Tepi dan Lepas Pantai
Permasalahan abrasi pada tepi pantai, kanal, dan tepi sungai kerap menjadi tantangan tersendiri bagi para praktisi konstruksi. Arus air mengikis lahan/daratan sehingga secara perlahan area daratan menjadi lebih sempit. Secara konvensional, penggunaan gravel dan tetrapod kerap digunakan sebagai upaya pencegahan abrasi. Namun, biaya mobilisasi dan harga material sangat mahal.
Produk turunan geotextile, geobag ( Geotextile yang dijahit dan dibentuk menyerupai karung yang kemudian diisi dengan pasir atau material in situ), dapat menjadi pilihan alternatif untuk struktur pengaman lereng pantai / sungai yang relatif lebih murah.
Dari informasi di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa geotextile merupakan material yang sangat luas pengaplikasiannya dan memiliki berbagai manfaat bagi pembangunan konstruksi Indonesia.
Petra Nusa Elshada telah menyuplai dan support lebih dari 500+ proyek geotextile. Hubungi kami via email ([email protected]) atau telephone (021) 22522 979, dan pastikan proyek anda memilih geotextile yang tepat.