Pada metode konvensional, pembangunan dinding bawah jembatan biasanya menggunakan tanah atau batu-batuan sebagai pengisi dinding bagian bawah pada jembatan. Dengan metode konvensional tersebut, penggunaan material seperti tanah dan batu sangat diperlukan. Metode konvensional juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi tanah dan batu-batu tersebut harus dipadatkan terlebih dahulu menggunakan alat tambahan agar pengisian sesuai dengan standard yang berlaku.
Dengan mengubah dan memperbaharui metode-metode konvensional, penggunaan Geofoam sangat dibutuhkan menggantikan penggunaan tanah dan batu. Penggunaan Geofoam sendiri terbilang cukup mudah dan dari sudut pandang biayapun terbilang cukup terjangkau. Berbanding terbalik dengan metode konvensional tanah dan batu.
Pemasangan Geofoam pada dinding jembatan yang akan dibangun, disusun sedemikian rupa. Susunan harus saling tumpang tindih membentuk blok-blok geofoam yang saling bertumpuk satu sama lain. Sehingga dapat menopang sesuai standard yang diperlukan pada dinding jembatan bahkan pembangunan jalan raya diatasnya.
Selain itu, jika dibandingkan dengan timbunan konvensional, geofoam memberikan gaya lateral yang berkurang secara signifikan. Baik itu pada dinding penyangga, pondasi, maupun struktur penahan lainnya. Mengapa demikian? Karena gaya lateral yang ditransmisikan sebanding dengan berat timbunan. Dengan begitu, bobot atau berat dapat dikurangi secara substansial. Hal ini pun akan menghemat desain penyangga jembatan dan dinding lainnya. Terutama pada dinding yang tidak lagi diperlukan untuk menahan gaya statis dan dinamis.
Pada lapisan atas susunan geofoam, dapat dilapisi dengan geosintetik lainnya seperti geomembrane. Penggunaan geomembrane pada lapisan atas geofoam bertujuan agar senyawa-senyawa maupun bahan-bahan lainnya tidak langsung menyentuh geofoam. Sehingga penggunaannya dapat lebih maksimal dan tahan lama.